Program ini untuk imam dan religius (khusus formator atau yang akan diutus sebagai formator). Dilaksanakan tanggal 7-18 Juli 2015 di Puspita (Pusat Spiritualitas Girisonta). Biaya Rp 2.200.000,- per orang. Dalam program ini peserta akan diajak untuk mengolah pengalam gelapnya bersama Tuhan, sehingga diharapkan lebih mampu mengolah pengalaman gelap diri sendiri dan anak bina, Peserta akan berlatih menangani pengalaman luka batin dengan metode yang efektif dan sederhana.
Jika berminat silakan mendaftar, tempat terbatas.
Keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Sekretariat Puspita :
Email : puspita.girisonta@gmail.com
HP : 081229360880
Jumat, 19 Juni 2015
Sabtu, 18 April 2015
Bimbingan Rohani (Sebuah Pengantar Ringan)
Disarikan oleh Rm Zahnweh SJ
Bimbingan rohani itu apa?
Seorang pria berumur 24 tahun mendekati Pastor dan berkata bahwa ia
terganggu ketidakpuasan samar-samar tentang perjalanan hidupnya. Ia punya
pekerjaan yang memuaskan, punya teman-teman yang akrab dan jatuh cinta dengan
seorang wanita. Waktu studi ia berhenti pergi ke gereja, tetapi sekarang
menikmati liturgi bersama umat. Walaupun demikian, ia bi- ngung. Apakah mungkin
ia punya panggilan menjadi imam? Si
Pastor bisa berbuat apa bagi dia?
Seorang ibu berumur 40 tahun mengikuti ceramah tentang doa dan sesudahnya
mendekati si Pastor penceramah itu. Dia punya dua anak, berumur 10 dan 8 tahun.
Dia merasa makin cepat marah dengan suami dan anaknya; ia merasa terkurung dan
jengkel. Walaupun mengikuti ME di parokinya, baginya Allah terasa begitu jauh.
Si Pastor bisa berkata apa padanya?
Sr NN yang berumur 45 tahun suka mengajar di SMA dan senang dengan
komunitasnya. Ia cari kesempatan untuk bicara dengan seorang Sr lain yang punya
nama baik sebagai pembimbing retret. “Saya mendengar suster-suster lain bicara
tentang doa dan saya tak faham; kiranya bagi mereka amat berarti. Apakah mereka
melebih-lebihkan? Bagi saya doa itu suatu kewajiban. Apakah saya kehilangan
sesuatu?” Apa yang dapat dikatakan suster lain kepadanya?
Seorang imam 40an tahun minta pertolongan pada seorang imam lain, karena
merasa dalam krisis panggilan. Dia hampir tidak lagi berdoa dan tidak lagi
mengalami kepuasan kalau berkhotbah atau memimpin Liturgi. Biasanya ia merasa
kesepian. Baru-baru ini ia berjumpa dengan seorang janda yang berumur 35 tahun,
dan ia tertarik olehnya. Sekarang ia ingat terus sama dia dan ingin bersama
dengan dia kalau tidak sibuk dengan tugas paroki. Dia minta pertolongan. Apa
yang dapat dikatakan oleh imam yang lain?
Sesudah misa, seorang usahawan yang berumur 50 mendekati Pastornya untuk
berbicara. Ia orang yang berhasil, keluarganya beres dan ia sendiri seorang
kristiani yang baik. Akhir-akhir ini ia terganggu oleh “keduniawian” gaya
hidupnya dan oleh implikasi etis dari sebagian perdagangannya. Setelah bicara
sebentar, menjadi jelas, bahwa ia gelisah tentang kehendak Tuhan baginya dan
tentang mutu relasinya dengan Tuhan. Bagaimana pastornya dapat menolong dia?
Seorang ibu berumur 35 tahun yang diceraikan suaminya mendatangi ibu
tetangga untuk omong. Ia tahu bahwa tetangga itu secara teratur pergi ke gereja
dan bahwa banyak orang lain memberi kepercayaan penuh padanya. Maka ia berani
juga mengungkapkan bahwa ia menderita penyakit yang makin melumpuhkannya. Ia
merasa bahwa Tuhan menghukumnya karena dosa-dosanya, tapi ia pikir juga bahwa
Tuhan tidak adil. “Saya marah sama Dia” katanya “dan itu membuat saya merasa lebih
salah lagi”. Bagaimana ibu tetangga dapat menolongnya?
Tanggapan dari Pastor, Suster, ibu tetangga bis macam-macam.
A. Orang bisa minta informasi tambahan dan mencoba membantu pribadi-pribadi
itu memahami alasan-alasan kesulitan mereka.
B. Orang bisa mendengarkan penuh simpati dan membesarkan hati mereka yang
luka batin. Mendengarkan penuh perhatian amat membantu mereka yang menderita.
C. Orang bisa menolong pribadi itu menyadari hukum sebab-akibat dalam
hidupnya dan bagaimana akibat-akibat itu menuntut aksi yang tertentu.
D. Orang bisa menolong sesama memahami bahwa Allah bukan atasan yang kejam
tetapi Bapa yang penuh sayang.
E. Orang bisa menyerahkan pribadi itu kepada pembimbing yang lebih pandai
dan trampil.
Segala cara ini bermanfaat
dan dapat disebut asuhan pastoral, namun tak dapat disebut bimbingan rohani.
Bimbingan rohani ialah: menolong orang ber-relasi langsung dengan Tuhan; Dialah
yang akan menyelesaikan kesulitan dan bukan pembimbing. Mungkin saja bahwa
dalam kesulitan-kesulitan tadi persoalan utama ialah relasi itu dengan
pertanyaan: Siapa Allah bagiku dan siapa aku bagi Allah.
Si pembimbing hanya membantu orang berbicara langsung dengan Tuhan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh Tuhan
yang mewahyukan diri dalam keheningan.
Yang menjadi fokus bimbingan rohani ialah relasi antar Allah dan diri
manusia, apa yang terjadi kalau seorang mendengarkan dan menjawab ajakan Allah
untuk makin hidup.
Demkianlah, bimbingan rohani mengenai bagaimana seorang mengalami relasinya
dengan Tuhan. Pentingnya pengalaman doa bagi bimbingan rohani seperti bahan
makanan untuk masak. Tanpa pengalaman doa tidak ada bimbingan rohani.
Pembimbing rohani ingin tahu, apa yang terjadi kalau seorang secara sadar
menempatkan diri dihadapan kehadiran Tuhan.
Tentang istilah “Bimbingan
rohani”
“Bimbingan” tidak berarti memberi nasehat atau “problem solving”. Juga tidak
bermaksud bahwa yang terbimbing menyerahkan tanggung- jawab kepada si
pembimbing.
“Rohani” tidak berarti bahwa badan dan pikiran dikesampingkan, tetapi bahwa
hidup batin, jantung hati seseorang dan Roh Allah diutamakan.
Lokakarya PEMBEDAAN ROH: RAHMAT SEKALIGUS SENI 2015
“…janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah
mereka berasal dari Allah” (1 Yoh. 4 :1a).
Aku
adalah rentetan pilihanku
Hidup
adalah suatu pilihan, bukan sekedar kewajiban ataupun aliran alami begitu saja.
Setiap jengkal kehidupan tersedia ruang dan waktu yang menawarkan banyak ragam
pilihan. Saya adalah apa yang saya
pilih, meminjam istilah YOU ARE WHAT YOU EAT, Gillian McKeith. Saya menjadi
saya seperti sekarang ini karena rentetan pilihan hidup yang saya tentukan.
Meski kadang merasakan bahwa saya terjebak oleh situasi sedimikian rupa
sehinggan merasa tidak ada pilihan lain.
Memilih,
ternyata bukan aktifitas yang mudah. Memilih itu membutuhkan waktu, tenaga,
membutuhkan pula pengetahuan, teori, penerapan praktis dan terutama membutuhkan
doa pribadi. Tidak cukup hidup hanya menyandarkan rahmat dari Allah secara
pasif. Rahmat menjadi rahmat kalau itu diupayakan dengan segala macam cara.
Artinya rahmat mengandaikan seni, latihan dan usaha kita. Inilah seni Pembedaan
Roh.
Pembedaan Roh sebagai seni
Karunia
membedakan Roh tidak serta merta hadir atau turun bagaikan durian jatuh begitu
saja. Rahmat ini mengandaikan upaya dan usaha kita. Kalau kita menyebut ini
adalah olah seni, olah batin dan olah rasa, maka dari itu memerlukan waktu,
pengetahuan, latihan trus menerus, pelatih dll.
Seorang ahli seni, entah musik, lukis, tari, itu semua memerlukan
latihan tiap hari, bahkan berjam-jam, contoh penyanyi seperti Rihana, Afgan,
Waljinah butuh berjam-jam tiap hari untuk olah suara. Juga atlet terkemuka,
seperti Ronaldo jago sepakbola, Jokovic atlet tenis setiap hari musti latihan
dan latihan dengan susah payah.
Demikian
pula kemampuan olah batin, olah roh atau Pembedaan Roh mempunyai prinsip yang
sama. Ramon Baitusta SJ dalam bukunya SCHOOLED BY THE SPIRIT, menandaskan bahwa insan yang terdidik oleh
Roh musti melalui 4 tahapan, yaitu: Mempelajari, Memperbicangkan, Menghayati
dan Mendoakan. Hal ini mengandaikan waktu dan pelatihan serta kesabaran.
Pengalaman jatuh bangun, salah menilai dan salah merasakan antara Roh baik dan
roh jahat juga bagian dari seni itu. Artinya dididik oleh Roh itu adalah
proses selama hidup.
Pembedaan Roh terarah kepada Pilihan
Santo
Ignasius melalui Latihan-Latihan Rohani menempatkan jati diri manusia sebagai
makluk ciptaan Allah yang mempunyai keterarahan memuji dan memulyakan-Nya.
Lewat seni membedakan Roh baik atau jahat, kita diundang untuk memutuskan dan
memilih Roh Baik dan meninggalkan roh jahat. Mengenal Roh baik ini mengantar kita mampu menemukan kehendak Allah
dan sekaligus melakukan kehendak-Nya.
Mengikuti
Yesus adalah sebuah pilihan. Hal ini tidak peduli apakah kita baik atau
berdosa. Kasih Allah yang lebih agung dan besar mengalahkan kedosaan kita
sehingga kita mau dengan rela mengikuti Yesus lebih dekat, melalui proses
memahami dan mencintai-Nya. Cinta inilah yang menjadi Asas dan Dasar pilihan
kita dan karenanya sekarang terbentanglah arah tujuan hidup kita, yaitu:
Memulyakan dan mengabdi Tuhan melalui Gereja mempelai-Nya, sesama dan
lingkungan hidupnya
Jadwal: Girisonta,
1 s.d. 8 Agustus 2015
Pendaftaran:
Mba Wati (sekretariat)
PUSAT SPIRITUALITAS GIRISONTA (PUSPITA)
PUSAT SPIRITUALITAS GIRISONTA (PUSPITA)
Kotak Pos 1 Bergas, Ungaran,
Kabupaten Semarang 50552
Tel &
Fax (0298) 522367 - E-Mail:
puspita.girisonta@gmail.com
PENDAMPING :
Rm. L. Priyo Poedjiono, SJ
PROGRAM PUSPITA 2015
PELATIHAN MEDITASI HOLISTIK(KESEHATAN JIWA RAGA)
Para
peserta akan berlatih meditasi qi (life
energy) untuk membangun kesehatan tubuh dan jiwa. Meditasi qi ini digali dari tradisi ilmu
kedokteran cina kuno. Juga peserta akan berlatih meditasi kristiani - sebuah
model meditasi apopatik - yang bisa digabungkan dengan meditasi chi sehingga saat doa juga bisa menjadi
saat memulihkan dan membangun kesehatan lahir batin.
Untuk :
Imam, Religius dan Awam (Maks 12 orang)
Waktu :
25
– 31 Jan 2015 (6 hari)
Narasumber : Staf Puspita
Biaya : Rp 1.000.000/orang
RETRET “MID-LIFE”
Retret ini bertujuan memahami gejala perubahan fisik dan mental
yang menyertai tahun-2 peralihan 40-50. Materi retret ini mencakup
krisis, gejala lari-mundur, mengenal diri, sikap nrimo-sumeleh, kelahiran gambaran Allah yang baru. Sejumlah
hikayat turut mengolah diri dan masuk ke dalam rahasia dan
keasliannya.
Untuk :
Imam, Religius dan Awam (usia min 40 th)
Waktu :
10
– 15 Feb 2015 (5 hari)
Narasumber : P. Wolfgang Bock Kastowo, S.J.
Biaya : Rp 900.000/orang
LOKAKARYA
“PENGOLAHAN HIDUP UNTUK FORMATIO”
Peserta akan diajak mengolah pengalaman gelapnya
bersama Tuhan sehingga diharapkan lebih mampu mengolah pengalaman gelap diri
sendiri dan anak bina. Peserta
akan berlatih menangani pengalaman luka batin dengan metode yang efektif dan sederhana.
Untuk : Imam & Religius (Khusus Formator) - maksimal
12 orang
Waktu : Diselenggarakan
2 kali:
I.
19 – 30 Mei
2015 (11 hari)
II. 7 –18 juli 2015 (11 hari)
Biaya : Rp
2.200.000/orang
Catatan : - peserta harus hadir penuh selama
program berlangsung.
- peserta
harap membawa pakaian olahraga, crayon dan buku gambar.
RETRET “ANAK TERLUKA - ANAK AJAIB”
Lokakarya ini bertujuan menggali di
masa kecil, mengetahui luka-luka dan berusaha menyembuhkannya. Lalu anak itu akan memancarkan daya kreatif, sukacita
dan gairah hidup yang menyuburkan pola berdoa, berkarya dan bergaul.
Narasumber : P. Wolfgang Bock Kastowo, S.J.
Untuk :
Imam, Religius dan Awam
Waktu :
12
– 17 Maret 2015 (5 hari)
Biaya : Rp 900.000/orang
RETRET “BERJUMPA DENGAN ALLAH BERSAMA YANG MISKIN & TERSINGKIR”
Retret ini
merupakan kesempatan bagi para peserta untuk berefleksi dan memaknai aneka
pengalaman perjumpaan dengan mereka yang tersingkir dan terbuang. Lewat doa,
refleksi dan bantuan rahmatNya,
pengalaman perjumpaan dengan mereka ini juga menjadi pengalaman perjumpaan
dengan Tuhan yang bangkit yang selanjutnya akan menguatkan tugas perutusan Anda
.
Pembimbing :
· Rm.
Andreas Sugijopranoto SJ (mahasiswa S3 Teknik Sipil UGM; pernah
menjadi direktur Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia dan Asia Pasifik)
· Rm. Benedictus Hari
Juliawan SJ (Koordinator karya sosial Serikat Yesus Asia Pasifik)
Untuk : Imam,
religius, awam yang berkarya atau yang memiliki keprihatinan bagi mereka yang
miskin, tersingkir, difabel baik dalam karya di bidang pendidikan, kesehatan,
sosial dan pastoral.
Waktu : 19 -
27 Maret 2015 (8 hari)
Biaya : Rp 1.300.000/orang
LOKAKARYA “PENGGUNAAN EVALUASI PSIKOLOGIS DALAM FORMATIO”
Sudah
sejak lama ilmu psikologi digunakan dalam formatio imamat dan religius.
Pemahaman tentang individu dari aspek psikologis menjadi salah satu sumber yang
sangat bernilai dalam formatio. Lokakarya ini bertujuan untuk memberi perspektif
kepada para formator mengenai beberapa aspek
psikologis penting dalam formatio
(mis: intelektual, kepribadian), serta
mengajak para formator mengenal beberapa sarana untuk mengevaluasi aspek-aspek
tersebut.
Untuk :
Imam & Religius Formator (maksimal
15 orang)
(maks. 2 orang per Kongregasi/
Keuskupan)
Waktu :
22
s.d. 28 Juni 2015 (6 hari)
Narasumber : - Sr. Lidwina Tri A. FCJ; dan
- Rm. Fransiskus I. Yamrewav, MSF
Biaya : Rp 1.800.000/orang
LOKAKARYA “PENDAMPINGAN PERKEMBANGAN PSIKO-SEKSUAL DALAM FORMATIO”
Kedewasaan
psiko-seksual adalah salah satu aspek yang paling menantang dalam formatio
imamat dan religius. Lokakarya ini bertujuan untuk memberi perspektif yang
bermanfaat bagi para formator untuk menemani dan berjalan bersama formandi
menuju perkembangan psiko-seksual yang sehat dalam konteks hidup selibat. Dalam
lokakarya ini para formator juga akan diajak untuk mengalami proses integrasi
personal atas perkembangan psiko-seksual mereka.
Narasumber : Sr. Lidwina Tri
A., FCJ., Rm. Fransiskus I.
Yamrewav, MSF dan Staf Puspita
Materi : 1.
Tahap-tahap perkembangan psiko-sosial dan
psiko-seksual.
2. Menemukan rahmat dalam sejarah per-
kembangan seksualitas individu.
3. Integrasi
seksualitas dan spiritualitas
Untuk : Imam & Religius Formator (maksimal 15 org)
(maks. 2 orang per Kongregasi/ Keuskupan)
Waktu : 29 Juni s.d. 5 Juli 2015 (6 hari)
Biaya : Rp 1.500.000/orang
LOKAKARYA “PENDIDIKAN NILAI”
Lokakarya ditujukan
untuk para pendidik di sekolah, paroki dan lembaga lainnya untuk mengenal
berbagai model pendidikan nilai, saling belajar di antara para peserta dan
memberi semangat untuk memulai atau mengembangkan pendidikan nilai secara lebih
inspiratif dan efektif. Dalam lokakarya ini akan diperhatikan juga nilai-nilai
ekologis, keadilan sosial dan perkembangan pribadi.
Narasumber : Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, Pr.
Untuk : Imam, Religius, Awam baik kristiani maupun bukan
Waktu : 30 Juni - 8 Juli 2015 (8 hari)
Biaya : Rp 1.600.000/orang
Tempat : Ecocamp, Jl. Dago Pakar Barat 3, Bandung,
Jabar. Informasi: hp 08170223277;ecolearningcamp@gmail.com;
Narasumber : Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, Pr.
Untuk : Imam, Religius, Awam baik kristiani maupun bukan
Waktu : 30 Juni - 8 Juli 2015 (8 hari)
Biaya : Rp 1.600.000/orang
Tempat : Ecocamp, Jl. Dago Pakar Barat 3, Bandung,
Jabar. Informasi: hp 08170223277;ecolearningcamp@gmail.com;
LOKAKARYA
”PEMBEDAAN ROH / DISCERNMENT OF SPIRITS”
Tujuan : Peserta
akan diajak memahami salah satu warisan St. Ignatius Loyola yang sangat penting
dan bernilai: “Pedoman Pembedaan Roh”, yang telah terbukti membantu banyak
orang tumbuh dalam hidup rohaninya. Peserta akan diajak membaca dan memahami
Pedoman tersebut lewat pengalaman orang lain dan pengalaman peserta sendiri.
Untuk : Imam, Religius dan Awam
Waktu : 1 – 8 Agustus 2015 (7 hari)
Narasumber : Staf
Puspita
Biaya : Rp 1.200.000/orang
LOKAKARYA “SPIRITUALITAS & MEDIA”
Peserta dilatih untuk mengolah
pengalaman rohani melalui "jalan simbolis", metode audio visual dan
mengekspresikan iman secara kreatif, mempergunakan aspek-aspek seni dan audio
visual, dan dimotivasi untuk bisa menyusun program pendampingan "media dan
spiritualitas" bagi kelompok yang diampu.
Narasumber : Rm. Y. Iswarahadi, S.J. dan Tim
Untuk :
Imam, Religius dan Awam
Tempat : Studio Audio Visual (SAV) Puskat Balai Budaya
Sinduharjo, Jl. Kaliurang Km 8,5, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
Pendaftaran : Hubungi
langsung SAV: Bp. Tri Mulyono HP 0812 3633 7732, E-Mail
<fxtrimulyono
@gmail.com> atau <office@savpuskat.or.id>
Waktu :
24
s.d. 29 Agustus 2015 (5 hari)
Biaya : Rp 800.000/orang (dibayarkan
langsung ke SAV Puskat)
RETRET TERBIMBING 8 HARI
Untuk : Imam, Religius, Awam
Waktu : Diselenggarakan 2 kali:
I. 10 - 18 September 2015
II. 15 – 23 Desember 2015
Biaya : Rp 1.200.000/orang
LOKAKARYA DOA
BATIN “AJARILAH KAMI BERDOA”
Gereja kita
memiliki kekayaan aneka doa batin (meditasi, kontemplasi, doa Yesus, dll).
Sayangnya harta melimpah ini kurang diketahui dan dipraktekkan oleh umat, juga
mungkin oleh para religius.
Tujuan : Peserta akan
diajak untuk melatih aneka bentuk doa
batin tersebut
di atas dan dengan itu diharapkan
mereka diperkaya hidup rohaninya.
Untuk :
Imam, Religius, awam
Waktu : 7 s.d. 22 Oktober 2014 (15 hari)
Biaya :
Rp 2.300.000/orang
RETRET
TERBIMBING 30 HARI
Untuk : Imam, Religius, Awam (maksimal 12 orang)
Waktu : 3 Nov
s.d. 6 Des 2015
Biaya : Rp 5.000.000/orang
Catatan : Ada proses persiapan, mohon mendaftar
secepatnya.
ü Setiap program dimulai pukul 17.00 wib
dan diakhiri pukul 12.30 wib
ü Program Pelayanan Puspita dapat juga diakses di:
Sabtu, 28 Februari 2015
LOKAKARYA "PEMBEDAAN ROH" (Girisonta, 1 s.d. 8 Agustus 2015)
PEMBEDAAN ROH: RAHMAT SEKALIGUS SENI
“…janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah
roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah” (1 Yoh. 4 :1a).
Aku adalah rentetan pilihanku
Hidup adalah suatu
pilihan, bukan sekedar kewajiban ataupun aliran alami begitu saja. Setiap
jengkal kehidupan tersedia ruang dan waktu yang menawarkan banyak ragam
pilihan. Saya adalah apa yang saya
pilih, meminjam istilah YOU ARE WHAT YOU EAT, Gillian McKeith. Saya menjadi
saya seperti sekarang ini karena rentetan pilihan hidup yang saya tentukan.
Meski kadang merasakan bahwa saya terjebak oleh situasi sedimikian rupa
sehinggan merasa tidak ada pilihan lain.
Memilih, ternyata bukan aktifitas yang mudah. Memilih
itu membutuhkan waktu, tenaga, membutuhkan pula pengetahuan, teori, penerapan
praktis dan terutama membutuhkan doa pribadi. Tidak cukup hidup hanya
menyandarkan rahmat dari Allah secara pasif. Rahmat menjadi rahmat kalau itu
diupayakan dengan segala macam cara. Artinya rahmat mengandaikan seni, latihan
dan usaha kita. Inilah seni Pembedaan Roh.
Pembedaan Roh sebagai seni
Karunia membedakan Roh
tidak serta merta hadir atau turun bagaikan durian jatuh begitu saja. Rahmat
ini mengandaikan upaya dan usaha kita. Kalau kita menyebut ini adalah olah
seni, olah batin dan olah rasa, maka dari itu memerlukan waktu, pengetahuan,
latihan trus menerus, pelatih dll.
Seorang ahli seni, entah musik, lukis, tari, itu semua memerlukan
latihan tiap hari, bahkan berjam-jam, contoh penyanyi seperti Rihana, Afgan,
Waljinah butuh berjam-jam tiap hari untuk olah suara. Juga atlet terkemuka,
seperti Ronaldo jago sepakbola, Jokovic atlet tenis setiap hari musti latihan
dan latihan dengan susah payah.
Demikian pula kemampuan olah batin, olah roh atau
Pembedaan Roh mempunyai prinsip yang sama. Ramon Baitusta SJ dalam bukunya
SCHOOLED BY THE SPIRIT, menandaskan
bahwa insan yang terdidik oleh Roh musti melalui 4 tahapan, yaitu: Mempelajari,
Memperbicangkan, Menghayati dan Mendoakan. Hal ini mengandaikan waktu dan
pelatihan serta kesabaran. Pengalaman jatuh bangun, salah menilai dan salah
merasakan antara Roh baik dan roh jahat juga bagian dari seni itu. Artinya
dididik oleh Roh itu adalah proses selama hidup.
Pembedaan Roh terarah kepada Pilihan
Santo Ignasius melalui
Latihan-Latihan Rohani menempatkan jati diri manusia sebagai makluk ciptaan
Allah yang mempunyai keterarahan memuji dan memulyakan-Nya. Lewat seni
membedakan Roh baik atau jahat, kita diundang untuk memutuskan dan memilih Roh
Baik dan meninggalkan roh jahat. Mengenal Roh baik ini mengantar kita mampu menemukan kehendak Allah
dan sekaligus melakukan kehendak-Nya.
Mengikuti Yesus adalah sebuah pilihan. Hal ini tidak
peduli apakah kita baik atau berdosa. Kasih Allah yang lebih agung dan besar
mengalahkan kedosaan kita sehingga kita mau dengan rela mengikuti Yesus lebih
dekat, melalui proses memahami dan mencintai-Nya. Cinta inilah yang menjadi
Asas dan Dasar pilihan kita dan karenanya sekarang terbentanglah arah tujuan
hidup kita, yaitu: Memulyakan dan mengabdi Tuhan melalui Gereja mempelai-Nya,
sesama dan lingkungan hidupnya
PENDAMPING :
Rm. L. Priyo Poedjiono, SJ
Setelah tahbisan imam
tahun 1989, menyelesaikan Licentiat di Kentungan kemudian menjabat Direktur
Pelaksana Sosial Institut Jakarta. Bekerja sebagai Pamong di Seminari
Mertoyudan 2 tahun kemudian Tertiat ke Manila. Belajar di Roma, Universitas Gregoriana
mengambil Licentiat Spiritualitas. Diutus menjadi Magister Novitiat SJ
Girisonta satu decade. Setelah tahun Sabatikal di Boston College, menjadi
pastor pembantu di Paroki Bongsari 5 bulan, lalu berkarya di Kandy, Sri Langka
4 tahun sebagai Direktur Tertiat, sambil membantu di Paroki
Purbayan. Tahun 2012 menjadi staf di Pusat Pastoral Asia Timur Pasifik di
kampus Ateneo Manila, kemudian tinggal di Paroki St. Theresia Jakarta sambil
tetap bekerja di Manila. Sekarang berkarya di Rumah Retret Girisonta
Rm. Siegfried Zahnweh, SJ
Lahir di
Munchen, 1 Februari 1935. Menyelesaikan studi Filsafat di Jerman, teologi di
Yogyakarta dan memperoleh gelar Master of Pastoral Studies di Chicago. Pernah
menjadi pembimbing retret muda-mudi di Civita, Direktur Rumah Retret Girisonta,
anggota staf Institut Roncali dan pembimbing rohani di Seminari Tinggi
Inter-Diosesan “Blessed Giovanni XXIII” Malang. Pada saat ini berkarya sebagai
staf Puspita (Pusat Spiritualitas Girisonta) serta masih aktif mendampingi
retret dan memberi bimbingan rohani.
Langganan:
Postingan (Atom)