Sabtu, 18 April 2015

Bimbingan Rohani (Sebuah Pengantar Ringan)

Disarikan oleh Rm Zahnweh SJ

Bimbingan rohani itu apa?

Seorang pria berumur 24 tahun mendekati Pastor dan berkata bahwa ia terganggu ketidakpuasan samar-samar tentang perjalanan hidupnya. Ia punya pekerjaan yang memuaskan, punya teman-teman yang akrab dan jatuh cinta dengan seorang wanita. Waktu studi ia berhenti pergi ke gereja, tetapi sekarang menikmati liturgi bersama umat. Walaupun demikian, ia bi- ngung. Apakah mungkin ia punya panggilan menjadi imam?  Si Pastor bisa berbuat apa bagi dia?

Seorang ibu berumur 40 tahun mengikuti ceramah tentang doa dan sesudahnya mendekati si Pastor penceramah itu. Dia punya dua anak, berumur 10 dan 8 tahun. Dia merasa makin cepat marah dengan suami dan anaknya; ia merasa terkurung dan jengkel. Walaupun mengikuti ME di parokinya, baginya Allah terasa begitu jauh. Si Pastor bisa berkata apa padanya?

Sr NN yang berumur 45 tahun suka mengajar di SMA dan senang dengan komunitasnya. Ia cari kesempatan untuk bicara dengan seorang Sr lain yang punya nama baik sebagai pembimbing retret. “Saya mendengar suster-suster lain bicara tentang doa dan saya tak faham; kiranya bagi mereka amat berarti. Apakah mereka melebih-lebihkan? Bagi saya doa itu suatu kewajiban. Apakah saya kehilangan sesuatu?” Apa yang dapat dikatakan suster lain kepadanya?

Seorang imam 40an tahun minta pertolongan pada seorang imam lain, karena merasa dalam krisis panggilan. Dia hampir tidak lagi berdoa dan tidak lagi mengalami kepuasan kalau berkhotbah atau memimpin Liturgi. Biasanya ia merasa kesepian. Baru-baru ini ia berjumpa dengan seorang janda yang berumur 35 tahun, dan ia tertarik olehnya. Sekarang ia ingat terus sama dia dan ingin bersama dengan dia kalau tidak sibuk dengan tugas paroki. Dia minta pertolongan. Apa yang dapat dikatakan oleh imam yang lain?

Sesudah misa, seorang usahawan yang berumur 50 mendekati Pastornya untuk berbicara. Ia orang yang berhasil, keluarganya beres dan ia sendiri seorang kristiani yang baik. Akhir-akhir ini ia terganggu oleh “keduniawian” gaya hidupnya dan oleh implikasi etis dari sebagian perdagangannya. Setelah bicara sebentar, menjadi jelas, bahwa ia gelisah tentang kehendak Tuhan baginya dan tentang mutu relasinya dengan Tuhan. Bagaimana pastornya dapat menolong dia?

Seorang ibu berumur 35 tahun yang diceraikan suaminya mendatangi ibu tetangga untuk omong. Ia tahu bahwa tetangga itu secara teratur pergi ke gereja dan bahwa banyak orang lain memberi kepercayaan penuh padanya. Maka ia berani juga mengungkapkan bahwa ia menderita penyakit yang makin melumpuhkannya. Ia merasa bahwa Tuhan menghukumnya karena dosa-dosanya, tapi ia pikir juga bahwa Tuhan tidak adil. “Saya marah sama Dia” katanya “dan itu membuat saya merasa lebih salah lagi”. Bagaimana ibu tetangga dapat menolongnya?

Tanggapan dari Pastor, Suster, ibu tetangga bis macam-macam.
A. Orang bisa minta informasi tambahan dan mencoba membantu pribadi-pribadi itu memahami alasan-alasan kesulitan mereka.
B. Orang bisa mendengarkan penuh simpati dan membesarkan hati mereka yang luka batin. Mendengarkan penuh perhatian amat membantu mereka yang menderita.
C. Orang bisa menolong pribadi itu menyadari hukum sebab-akibat dalam hidupnya dan bagaimana akibat-akibat itu menuntut aksi yang tertentu.
D. Orang bisa menolong sesama memahami bahwa Allah bukan atasan yang kejam tetapi Bapa yang penuh sayang.
E. Orang bisa menyerahkan pribadi itu kepada pembimbing yang lebih pandai dan trampil.
            Segala cara ini bermanfaat dan dapat disebut asuhan pastoral, namun tak dapat disebut bimbingan rohani. Bimbingan rohani ialah: menolong orang ber-relasi langsung dengan Tuhan; Dialah yang akan menyelesaikan kesulitan dan bukan pembimbing. Mungkin saja bahwa dalam kesulitan-kesulitan tadi persoalan utama ialah relasi itu dengan pertanyaan: Siapa Allah bagiku dan siapa aku bagi Allah.
Si pembimbing hanya membantu orang berbicara langsung dengan Tuhan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh Tuhan yang mewahyukan diri dalam keheningan.
Yang menjadi fokus bimbingan rohani ialah relasi antar Allah dan diri manusia, apa yang terjadi kalau seorang mendengarkan dan menjawab ajakan Allah untuk makin hidup.
Demkianlah, bimbingan rohani mengenai bagaimana seorang mengalami relasinya dengan Tuhan. Pentingnya pengalaman doa bagi bimbingan rohani seperti bahan makanan untuk masak. Tanpa pengalaman doa tidak ada bimbingan rohani.
Pembimbing rohani ingin tahu, apa yang terjadi kalau seorang secara sadar menempatkan diri dihadapan kehadiran Tuhan.
            Tentang istilah “Bimbingan rohani”
“Bimbingan” tidak berarti memberi nasehat atau “problem solving”. Juga tidak bermaksud bahwa yang terbimbing menyerahkan tanggung- jawab kepada si pembimbing.

“Rohani” tidak berarti bahwa badan dan pikiran dikesampingkan, tetapi bahwa hidup batin, jantung hati seseorang dan Roh Allah diutamakan.

Tidak ada komentar: