Sabtu, 18 April 2015

Lokakarya PEMBEDAAN ROH: RAHMAT SEKALIGUS SENI 2015

“…janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah” (1 Yoh. 4 :1a).


Aku adalah rentetan pilihanku

            Hidup adalah suatu pilihan, bukan sekedar kewajiban ataupun aliran alami begitu saja. Setiap jengkal kehidupan tersedia ruang dan waktu yang menawarkan banyak ragam pilihan.   Saya adalah apa yang saya pilih, meminjam istilah YOU ARE WHAT YOU EAT, Gillian McKeith. Saya menjadi saya seperti sekarang ini karena rentetan pilihan hidup yang saya tentukan. Meski kadang merasakan bahwa saya terjebak oleh situasi sedimikian rupa sehinggan merasa tidak ada pilihan lain.
                Memilih, ternyata bukan aktifitas yang mudah. Memilih itu membutuhkan waktu, tenaga, membutuhkan pula pengetahuan, teori, penerapan praktis dan terutama membutuhkan doa pribadi. Tidak cukup hidup hanya menyandarkan rahmat dari Allah secara pasif. Rahmat menjadi rahmat kalau itu diupayakan dengan segala macam cara. Artinya rahmat mengandaikan seni, latihan dan usaha kita. Inilah seni Pembedaan Roh.

Pembedaan Roh sebagai seni

            Karunia membedakan Roh tidak serta merta hadir atau turun bagaikan durian jatuh begitu saja. Rahmat ini mengandaikan upaya dan usaha kita. Kalau kita menyebut ini adalah olah seni, olah batin dan olah rasa, maka dari itu memerlukan waktu, pengetahuan, latihan trus menerus, pelatih dll.  Seorang ahli seni, entah musik, lukis, tari, itu semua memerlukan latihan tiap hari, bahkan berjam-jam, contoh penyanyi seperti Rihana, Afgan, Waljinah butuh berjam-jam tiap hari untuk olah suara. Juga atlet terkemuka, seperti Ronaldo jago sepakbola, Jokovic atlet tenis setiap hari musti latihan dan latihan dengan susah payah.
                Demikian pula kemampuan olah batin, olah roh atau Pembedaan Roh mempunyai prinsip yang sama. Ramon Baitusta SJ dalam bukunya SCHOOLED BY THE SPIRIT,  menandaskan bahwa insan yang terdidik oleh Roh musti melalui 4 tahapan, yaitu: Mempelajari, Memperbicangkan, Menghayati dan Mendoakan. Hal ini mengandaikan waktu dan pelatihan serta kesabaran. Pengalaman jatuh bangun, salah menilai dan salah merasakan antara Roh baik dan roh jahat juga bagian dari seni itu. Artinya dididik oleh Roh  itu adalah  proses selama hidup.

Pembedaan Roh terarah kepada Pilihan

            Santo Ignasius melalui Latihan-Latihan Rohani menempatkan jati diri manusia sebagai makluk ciptaan Allah yang mempunyai keterarahan memuji dan memulyakan-Nya. Lewat seni membedakan Roh baik atau jahat, kita diundang untuk memutuskan dan memilih Roh Baik dan meninggalkan roh jahat. Mengenal Roh baik ini  mengantar kita mampu menemukan kehendak Allah dan sekaligus melakukan kehendak-Nya.
                Mengikuti Yesus adalah sebuah pilihan. Hal ini tidak peduli apakah kita baik atau berdosa. Kasih Allah yang lebih agung dan besar mengalahkan kedosaan kita sehingga kita mau dengan rela mengikuti Yesus lebih dekat, melalui proses memahami dan mencintai-Nya. Cinta inilah yang menjadi Asas dan Dasar pilihan kita dan karenanya sekarang terbentanglah arah tujuan hidup kita, yaitu: Memulyakan dan mengabdi Tuhan melalui Gereja mempelai-Nya, sesama dan lingkungan hidupnya


 
Jadwal:  Girisonta, 1 s.d. 8 Agustus 2015
Pendaftaran: 
Mba Wati (sekretariat)
PUSAT SPIRITUALITAS GIRISONTA (PUSPITA)
Kotak Pos 1 Bergas, Ungaran, Kabupaten Semarang 50552
Tel & Fax (0298) 522367  -  E-Mail:  puspita.girisonta@gmail.com  



PENDAMPING :


Rm.  L. Priyo Poedjiono, SJ

 Setelah tahbisan imam tahun 1989, menyelesaikan Licentiat di Kentungan kemudian menjabat Direktur Pelaksana Sosial Institut Jakarta. Bekerja sebagai Pamong di Seminari Mertoyudan 2 tahun kemudian Tertiat ke Manila. Belajar di Roma, Universitas Gregoriana mengambil Licentiat Spiritualitas. Diutus menjadi Magister Novitiat SJ Girisonta satu dekade. Setelah tahun Sabatikal di Boston College, menjadi pastor pembantu di Paroki Bongsari 5 bulan, lalu berkarya di Kandy, Sri Langka 4 tahun sebagai Direktur Tertiat, sambil membantu di Paroki Purbayan. Tahun 2012 menjadi staf di Pusat Pastoral Asia Timur Pasifik di kampus Ateneo Manila, kemudian tinggal di Paroki St. Theresia Jakarta sambil tetap bekerja di Manila. Sekarang berkarya di Rumah Retret Girisonta

Tidak ada komentar: