Disarikan oleh Rm Zahnweh SJ
Bimbingan rohani itu apa?
Seorang pria berumur 24 tahun mendekati Pastor dan berkata bahwa ia
terganggu ketidakpuasan samar-samar tentang perjalanan hidupnya. Ia punya
pekerjaan yang memuaskan, punya teman-teman yang akrab dan jatuh cinta dengan
seorang wanita. Waktu studi ia berhenti pergi ke gereja, tetapi sekarang
menikmati liturgi bersama umat. Walaupun demikian, ia bi- ngung. Apakah mungkin
ia punya panggilan menjadi imam? Si
Pastor bisa berbuat apa bagi dia?
Seorang ibu berumur 40 tahun mengikuti ceramah tentang doa dan sesudahnya
mendekati si Pastor penceramah itu. Dia punya dua anak, berumur 10 dan 8 tahun.
Dia merasa makin cepat marah dengan suami dan anaknya; ia merasa terkurung dan
jengkel. Walaupun mengikuti ME di parokinya, baginya Allah terasa begitu jauh.
Si Pastor bisa berkata apa padanya?
Sr NN yang berumur 45 tahun suka mengajar di SMA dan senang dengan
komunitasnya. Ia cari kesempatan untuk bicara dengan seorang Sr lain yang punya
nama baik sebagai pembimbing retret. “Saya mendengar suster-suster lain bicara
tentang doa dan saya tak faham; kiranya bagi mereka amat berarti. Apakah mereka
melebih-lebihkan? Bagi saya doa itu suatu kewajiban. Apakah saya kehilangan
sesuatu?” Apa yang dapat dikatakan suster lain kepadanya?
Seorang imam 40an tahun minta pertolongan pada seorang imam lain, karena
merasa dalam krisis panggilan. Dia hampir tidak lagi berdoa dan tidak lagi
mengalami kepuasan kalau berkhotbah atau memimpin Liturgi. Biasanya ia merasa
kesepian. Baru-baru ini ia berjumpa dengan seorang janda yang berumur 35 tahun,
dan ia tertarik olehnya. Sekarang ia ingat terus sama dia dan ingin bersama
dengan dia kalau tidak sibuk dengan tugas paroki. Dia minta pertolongan. Apa
yang dapat dikatakan oleh imam yang lain?
Sesudah misa, seorang usahawan yang berumur 50 mendekati Pastornya untuk
berbicara. Ia orang yang berhasil, keluarganya beres dan ia sendiri seorang
kristiani yang baik. Akhir-akhir ini ia terganggu oleh “keduniawian” gaya
hidupnya dan oleh implikasi etis dari sebagian perdagangannya. Setelah bicara
sebentar, menjadi jelas, bahwa ia gelisah tentang kehendak Tuhan baginya dan
tentang mutu relasinya dengan Tuhan. Bagaimana pastornya dapat menolong dia?
Seorang ibu berumur 35 tahun yang diceraikan suaminya mendatangi ibu
tetangga untuk omong. Ia tahu bahwa tetangga itu secara teratur pergi ke gereja
dan bahwa banyak orang lain memberi kepercayaan penuh padanya. Maka ia berani
juga mengungkapkan bahwa ia menderita penyakit yang makin melumpuhkannya. Ia
merasa bahwa Tuhan menghukumnya karena dosa-dosanya, tapi ia pikir juga bahwa
Tuhan tidak adil. “Saya marah sama Dia” katanya “dan itu membuat saya merasa lebih
salah lagi”. Bagaimana ibu tetangga dapat menolongnya?
Tanggapan dari Pastor, Suster, ibu tetangga bis macam-macam.
A. Orang bisa minta informasi tambahan dan mencoba membantu pribadi-pribadi
itu memahami alasan-alasan kesulitan mereka.
B. Orang bisa mendengarkan penuh simpati dan membesarkan hati mereka yang
luka batin. Mendengarkan penuh perhatian amat membantu mereka yang menderita.
C. Orang bisa menolong pribadi itu menyadari hukum sebab-akibat dalam
hidupnya dan bagaimana akibat-akibat itu menuntut aksi yang tertentu.
D. Orang bisa menolong sesama memahami bahwa Allah bukan atasan yang kejam
tetapi Bapa yang penuh sayang.
E. Orang bisa menyerahkan pribadi itu kepada pembimbing yang lebih pandai
dan trampil.
Segala cara ini bermanfaat
dan dapat disebut asuhan pastoral, namun tak dapat disebut bimbingan rohani.
Bimbingan rohani ialah: menolong orang ber-relasi langsung dengan Tuhan; Dialah
yang akan menyelesaikan kesulitan dan bukan pembimbing. Mungkin saja bahwa
dalam kesulitan-kesulitan tadi persoalan utama ialah relasi itu dengan
pertanyaan: Siapa Allah bagiku dan siapa aku bagi Allah.
Si pembimbing hanya membantu orang berbicara langsung dengan Tuhan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh Tuhan
yang mewahyukan diri dalam keheningan.
Yang menjadi fokus bimbingan rohani ialah relasi antar Allah dan diri
manusia, apa yang terjadi kalau seorang mendengarkan dan menjawab ajakan Allah
untuk makin hidup.
Demkianlah, bimbingan rohani mengenai bagaimana seorang mengalami relasinya
dengan Tuhan. Pentingnya pengalaman doa bagi bimbingan rohani seperti bahan
makanan untuk masak. Tanpa pengalaman doa tidak ada bimbingan rohani.
Pembimbing rohani ingin tahu, apa yang terjadi kalau seorang secara sadar
menempatkan diri dihadapan kehadiran Tuhan.
Tentang istilah “Bimbingan
rohani”
“Bimbingan” tidak berarti memberi nasehat atau “problem solving”. Juga tidak
bermaksud bahwa yang terbimbing menyerahkan tanggung- jawab kepada si
pembimbing.
“Rohani” tidak berarti bahwa badan dan pikiran dikesampingkan, tetapi bahwa
hidup batin, jantung hati seseorang dan Roh Allah diutamakan.