Minggu, 29 Juli 2012

SEJARAH PUSPITA GIRISONTA


Pada 3 Oktober 1930, Pater Adrianus van Kalken, S.J., waktu itu Superior Regularis Misi Serikat Jesus di Jawa, meletakkan batu pertama, tanda dimulainya pembangunan Rumah Retret pertama di Jawa, tepatnya di Ungaran, daerah yang sejuk di kaki Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang. Rumah Retret yang dipersembahkan kepada Kristus Raja tersebut dibangun dengan semangat misioner dan jiwa pengabdian kepada Kristus Raja. Pada Minggu Paska 1931, di Rumah Retret Kristus Raja yang kemudian oleh masyarakat setempat dikenal sebagai ‘Giri Sonta’, artinya ‘Gunung yang Suci’kelompok retret pertama melakukan Latihan Rohani dibimbing oleh Pater Thom Verhoeven, S.J., Direktur yang pertama Rumah Retret Kristus Raja Girisonta(katalog Misi Indonesia Serikat Jesus 1932).

Demikian pada mulanya Rumah Retret Girisonta melayani retret untuk bermacam-macam kelompok. Seiring meningkatnya jumlah peserta, frekuensi retret dan variasi kelompok retret, maka dibangunlah rumah retret-rumah retret lain di Jawa untuk lebih memperhatikan kebutuhan retretan, dan Rumah Retret Girisonta lebih difokuskan untukmelayani retret bagi para religius. Pada tahun 1975 dalam refleksi karya retret Serikat Jesus Indonesia digagas pendirian suatu Pusat Spiritualitas (Centrum Spiritualitatis) yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kerohanian yang lebih luas dari retret. Gagasan tersebut diwujudkan setahun kemudian, pada 1976 didirikanlah Pusat Spiritualitas Girisonta (Puspita) sebagai wadah untuk studi spiritualitas melalui Latihan Rohani.
Bagian dalam Puspita, clash Belanda II.
Dipakai sebagai rumah peristirahatan tentara Belanda
Halaman Depan Novisiat Girisonta, clash Belanda II
Girisonta, tahun 1934


Pada tahun 1984, penanggung jawab Rumah Retret dan Pusat Spiritualitas diserahkan kepada satu Direktur. Maka, sebagaimana terjadi di Provinsi-Provinsi lain Serikat Jesus, Rumah Retret sekaligus menjadi Pusat Spiritualitas, dengan Kursus Peresapan Spiritualitas (Respita) sebagai program pelayanan utama yang diperuntukkantidak hanya bagi para imam, tetapi terbuka juga untuk bruder, suster dan frater. Dalamperkembangan selanjutnya Puspita menawarkan berbagai Kursus Spiritualitas, yang beberapa di antaranya bahkan terbuka untuk awam, hingga saat ini.

Batu Prasasti 1930

Girisonta tahun 1930


Foto Udara Girisonta, 1953


Gereja Katolik Girisonta


Mgr Soegijapranata memberi retret anggota  TNI Katolik

Tidak ada komentar: